"SEETAN" merupakan salah satu jenis absen tradisional yang masih diterapkan di Dusun/Br.Susut Kelod, Susut, Bangli yang memiliki bentuk sangat unik. Kata SEETAN berasal dari kata SEET yang artinya ikat. Bentuk dari seetan ini memanjang dengan tiang-tiang kayu yang berdiri tegak.
Tiang-tiang kayu tersebut merupakan perwakilan dari krama desa/anggota yang masuk dalam organisasi desa adat. Penyusunan tiang yang mewakili setiap krama desa/anggota tersebut tidak boleh sembarangan, melainkan harus dimulai dari peduluan tertinggi yg letaknya di Luanan/Ulu(depan) kemudian diikuti oleh anggota yang letaknya di Teben(belakang) yaitu, Jero Kubayan Duuran sebagai pengulu yang letaknya di pojok kanan, kemudian diikuti oleh Jero Kubayan Alitan yg letaknya di pojok kiri ulu, kemudian Jero Kebau Duuran yang letaknya di teben/belakang Jero Kubayan Duuran, selanjutnya Jero Kebau Alitan yang letaknya di teben Jero Kubayan Alitan, kemudian baru diikuti oleh anggota yang lainnya.
Penerapan SEETAN sendiri cukukup mudah, karena sesuai namanya, setiap krama/anggota yang tidak hadir dalam paruman/rapat, kegiatan petedunan/melakukan kegiatan adat akan dikenakan dosaan/denda yaitu nyeet/mengikat tiang seetan dari anggota yang bersangkutan sebanyak lima kali seetan/ikatan yang bernilai seribu rupiah. Seetan tersebut nantinya akan dibuka satu-persatu setiap enam bulan sekali yaitu, bertepatan pada hari raya Galungan. Pada saat seetan tersebut dibuka krama/anggota akan membayar dosaan/denda sesuai banyaknya seetan yang mereka miliki. Semakin banyak seetan yang mereka miliki maka semakin banyak pula dosaan/denda yang harus mereka bayar. (Sumber : Infobangli).